June 2009

cinta, gila dan euforia

Tatap matamu adalah keteduhan
Kuingin merindang di sana
Sesaat kau buat aku jatuh cinta

Tutur ucapmu adalah kerinduan
Menarikku tuk berpuisi sepenuh kata
Sesaat kau buat aku jatuh cinta

Uluran tanganmu selayak sayap malaikat
Mendekapku tuk terus terikat
Sesaat kau buat aku jatuh cinta

Aura ikhlasmu bak larutan cinta nan pekat
Menyihirku tuk ingin slalu dekat
Sesaat kau buat aku jatuh cinta

Mendadak aku autis
Hidup pada khayalku akanmu
Seketika aku puitis
Mati dalam ikhlas cinta sepertimu

Kau selalu mampu
Sesaat buat aku jatuh cinta dan malu
Tak perlu ku ulur waktu
Untuk dapat merengkuh cintamu

Bapak sudah pulang

Nak, Bapak sudah pulang
llihat bapak bawa kado untukmu
hei, jangan menangis
ini hanya bekas sundutan rokok
dan ini,
hanya bekas cambukan rotan
yang bapak dapat dari negeri seberang

hei, ibu kenapa menangis?
kaki bapak hanya hilang satu,
kepala bapak hanya dapat 13 jahitan kok
masih banyak teman bapak
yang terkena tikaman pisau
bahkan kepalanya sampai botak
karena terlalu sering kena air keras

Nak, sini peluk bapak
kenapa? kalian takut?
menyentuh kulit bapak yang penuh luka
atau takut mencium pipi bapak yang korengan ini?

Tenang anakku, sabar istriku,
Bapak sudah pulang
jangan dicari lagi

Anakku, istriku,
maafkan bapak,
karena bapak hanya dapat berikan luka,
dan juga
Sebuah nisan dengan jejak hidup yang buram

kenikmatan

aku merasakan dingin tak tertahan
jutaan kali lipat yang kurasakan

saat hembusan nafasku kuhembuskan
ribuan kali panas tubuhku kurasakan

saat butiran enzim dalam mulutku tertelan
bagai ribuan jarum kutelan perlahan

saat tidur malamku kuisi gelisah
saat seluruh ototku dibuat kaku
saat mataku terasa berat untuk kubuka
saat hidungku begitu sulit mencari oksigen
saat semua gemuruh gairah menjadi tenang dibuatnya

disaat itulah..


*sruuuuuuuutttt~
nikmatnya!
aku sedang buang ingus
(maklum lagi flu~)

Batu karang ditengah Kuta



Aku memandang nyalang, pada manusia lalu lalang

Kulihat, tanpa sedikitpun segan, mereka menggamitkan jemari tangan

Kata cinta menguar di angkasa, menghayutkan gemawan mega

Mangaburkan keindahan bintang gemintang, panji dan agungnya bentara

Namun di sini, berdiri aku dalam keraguan

Tak mengerti dan terus bertanya

"Apakah segalon cinta lebih manis ketimbang sececap cita?

Dan apakah bahagia terwujudi harus dengan dimiliki?

Dan apakah seorang pangeran hanya dapat menjadi raja,

Pabila mempersandingkan permaisuri di sisinya?"




Aku berjalan menyusuri pinggir danau

terdengar gemericik air yang parau

mengingatkanku pada euforia pulau dewata,

saat sepasang kekasih memautkan cinta

diatas batu karang, ditengah desir air laut yang membahana

dan mereka berharap, tak ada lagi nestapa




Lantas ketika mereka sadari

ketika mereka berusaha merekam semua memori

berusaha mencari penggalan hati yang rapuh dan terkikis ombak kuta

namun alangkah jahatnya Tuhan,

hati mereka tak dapat disatukan




aku adalah wanita dalam kisah itu

lelaki itu tak mau mengingat,

tak mau melihat, bahkan mendengar kata apa yang aku katakan

entah itu permintaan maaf, atau pengampunan

dan ia selalu berkata

"kau sendiri yang merobek hatimu dengan kesombonganmu!"

lantas aku berkata,

"salah kau, mengapa kau semakin menoreh luka dalam hati ini? Kau ingat pantai Kuta, kau berjanji apa diatas karang itu? menjagaku? HAH! ternyata kau menjaga wanita lain dalam hidupmu!"

ia berteriak,

"apakah aku salah menjaga wanita? Ia mahluk yang lemah, dan aku menjaganya karena ia lebih berguna dibandingkan denganmu"

aku terisak dan terjatuh dihadapannya,

"kalau begitu, tak perlu kau bersumpah akan menjagaku, tak perlu kau menjadikan aku permaisurimu jikalau hatimu milik yang lain..dan apakah kau menyesal telah mengenalku?"




dan ia memberi jawaban terbaik yang pernah kudengar,

"ya, aku menyesal. Maafkan aku memilihnya, dan sekarang pergilah kau jauhi aku. Jangan lagi kau menoleh ke belakang, dan jangan pernah ganggu hidupku dengannya, karena aku mencintainya."




aku menyusuri pinggir danau

terdengar gemericik air yang parau

mengingatkanku pada euforia pulau dewata,







dan tanpa sadar, aku sudah tak ada di dunia.

Serpihan Hati Sahabatku

Sahabat,
apakah kali ini kau bisa tegar?
apakah kau bisa menatap nanar cahaya rembulan disana?
atau kau dapat mencengkram tanganku dengan erat
agar rasa sakitmu dapat aku rasakan?


Kutahu, sahabat
Kau berat menerimanya
Kau sulit mencernya keadaan
Kau sulit meneguk minuman, karena tenggorokanmu sakit
Kau berat mengangkat kepala, karena kepalamu pusing
Kau enggan bergerak, karena badanmu sakit
Namun matamu, tak kunjung lelah mengucurkan tetesan bening

Bagaimana caraku menghiburmu?
Bagaimana caraku membuatmu tersenyum?
Jika kau masih saja menangis

Kau katakan kau sakit hati, hatimu luka
tapi tak kutemukan darah dari perutmu,
lantas yang mana yang luka?
batin? akal? atau jiwa sang lelaki jahannam?

Tenang, sahabatku
Aku ada disini
Aku tahu rasa sakitmu
aku paham getir ketakutanmu
aku paham malunya kamu
ketika kau bertemu dengannya
ia bersama siluet lain
ya, sosok itu bukan kau
tapi sosok itu yang selama ini menipumu
yang selalu bilang "kau bodoh menyukainya!"
tapi ternyata..

Sahabat, tenanglah!
Jangan kau ambil tali tambang itu!
Buat apa kau gunakan, kalau hanya untuk menghilangkan nyawa?
Hei, jangan kau ambil juga racun itu,
itu hanya untuk tikus, apakah kau tikus?
stop! kembalikan pisau itu!
itu untuk memotong wortel, bukan memotong nadi!

pasti kau bertanya, "lantas bagaimana aku mengakhiri rasa sakitku?"
aku hanya dapat memberimu Kitab Tuhan dan menyuruhmu bersabar
Karena hanya Tuhan yang dapat mengakhiri rasa sakitmu

Sekarang, tenanglah sahabat
aku disini bersamamu
aku dapat merasakan sakitmu
kau harus membuktikan pada lelaki itu
bahwa kau jelas lebih baik dari mahluk jahhanam
yang ia sebut kekasih itu

Hati yang busuk

siapkan kaca pembesar
pada matamu yang sudah silinder itu
karena kacamata saja tak cukup besar
untuk melihat seluruh hitam hatimu


jika nanti aku sudah dewasa
saat aku punya KTP jakarta
saat itu,akan kukebiri angkuhmu
sehingga tak perlu kau pamerkan kesombonganmu

akan kugorok leher angkuhmu
akan kusiram alkohol ke lukamu
akan kubuka mulutmu lebar-lebar
dan ku isi dengan air comberan

bodoh, yaa memang aku yang bodoh
percaya akan tipu muslihatmu
hah! tolol aku percaya dengan mulutmu
kau kira apa persahabatan kita selama ini?

kau memang wanita sastra
mulutmu apik bicara
tapi hatimu busuk semua

lihat nanti, wahai jalang
kuganti kerongkonganmu dengan selang
kuisi air rendaman kakiku
dan kutempeleng kau 
sampai mau mengaku

aku adalah aku

Aku adalah aku
tak seorangpun merajaiku
takkan bisa kau meruntuhkan bentengku
walau kau penuhi dengan granat asmaramu

aku adalah aku
tak dapat lagi kau ubah jalan fikiranku
walau ia punya wajah yang manis
dan dia pintar main bulutangkis
tetap saja aku tetap aku

aku adalah aku
walau kau memenuhi separuh otakku
walau kau pasung aku dengan rasa cintamu
tetap saja aku tak mau

aku adalah aku
kau suruh aku turun lima kilo
agar aku mirip J Lo
karena aku, lebih mirip waria dibanding si dia

aku adalah aku
walau kau suruh aku kepang rambutku
tetap saja aku begini
kau suruh aku feminim
tetap saja aku berpakaian denim

aku adalah aku
tak punya pendirian
tak punya keyakinan
hanya bisa merengek tersedu
padahal cuma karena segelas susu

aku adalah aku
maaf kalau aku tak seperti mereka
berwajah malaikat, bersayap indah, berhati mulia
aku hanya bisa buat puisi cinta
yang tak tentu untuk siapa
dan tak tahu mengapa

tapi maaf,
aku tetaplah aku

Untukmu:

Untukmu:
Back to Top