Memilih Dipilih

Apa ini?
Aku benar-benar tidak tahu.

Merasa bodoh akan cinta, namun aku selalu lupa bahwa jatuh cinta tak selalu bahagia. Ada kata jatuh'yang harus dirasa, sebelum cinta terwujud tiba.

Aku lupa rasanya jatuh, dan ketika itu tiba, tak ada yang mampu menangkapku.

Bablas.

Paru-paru ini rasanya cukup lelah untuk mengembuskan napas berulang kali, hanya untuk menenangkan diri dari rasa yang berkecamuk dalam diri.

Tak adakah jiwa yang mampu menerima kekurangan dengan lapang dada?
Haruskah mendua menjadi ajang kompetisi adu kekuatan?

Aku diam. Aku tahu langkah ini hanya memberatkan. Aku tahu, langkah ini akan dianggap bodoh semua orang. Pilihan sudah diputuskan. Lalu masihkah kita akan tetap diam? Diam atau bersuara? Bersuara untuk apa? Diam untuk apa?


Semuanya kembali menjadi pilihan.

Jeda, kau butuh itu?

Sementara waktu kita sudah penuh dengan jeda. Jika tak ada jeda, tak mampulah aku merangkai frasa menjadi aksara yang tersusun lagi-lagi hanya untuk anda.

Aku ingin marah, untuk apa? Untuk pilihan yang sudah ku ambil dalam menunggumu menentukan pilihan?
Aku ingin menangis, untuk apa? Untuk kebodohanku menunggu ragu dalam sendu?
Aku ingin teriak, untuk apa? Untuk memaki aku yang tak kunjung meninggalkan?

Entahlah, aku tak tahu..
Yang ku tahu, cinta yang menguatkan
Entah siapa menguatkan siapa..

Aku dibunuh waktu,
Bukan cintaku yang akan mati,
tapi aku yang mati karena menanti..



Dia yang tak bisa memilih, aku yang terlena dalam pilihan!

11/12/17
-G-

Untukmu:

Untukmu:
Back to Top