Sinar matahari memaksa kedua kelopak mataku terbuka
Perlahan rasa hangat menyelimuti seluruh badanku
Dengan mata terbuka, aku meringkup dalam pelukanku sendiri
Pikiranku menerawang jauh
Melamunkan kenangan di masa lalu
pelukanmu lebih hangat daripada sinar matahari
Aku menepis semua kemungkinan
Kau tidak mungkin kembali
Kau yang meninggalkanku dahulu
Tanpa pesan, tanpa kata
Kuanggap semuanya sudah berakhir saat itu juga
meskipun aku terus berharap setiap kali ponselku bordering namamulah yang tertera memanggilku
Raga ini serasa kehilangan arwah
Bahkan mata pun kehilangan kekuatannya untuk tetap terjaga
Namun, yang paling aku takutkan
Hati ini tidak mampu lagi untuk mencinta
sedikit demi sedikit rasa cinta itu semakin memudar
tapi aku masih kekasihmu!
Pada akhirnya, aku selalu kalah
Harapan itu kembali menerpaku
Kukembalikan semua pada dirinya, sang lelaki malam
kukembalikan semua pada diri-Nya, Tuhan Pencipta semesta
Membuatku bertanya pada diri sendiri
“Akankah kau kembali seperti kemarin, saat aku dapat memanggil namamu dan kau balas dengan senyumanmu? Apakah aku masih dapat menunggumu pulang sekolah dengan seragam lusuh diterpa panasnya mentari milik Illahi demi menatap wajahmu sejenak? Sungguh, aku ingin berlari ke bahumu, dan ucap maaf dengan dekap erat pelukanmu, namun apa daya.... akulah yang merubah semuanya"
membohongi diri sendiri lebih baik daripada menghadapi kenyataan kau tidak akan pernah kembali