September 2013

Amarah Klasik

...Lalu, saat ku mulai berubah, kau runtuhkan kepercayaan yang perlahan kita bangun bersama, kasih.


Dalam lelap malam aku bersimpuh pada Tuhan, menyerahkan lara pada alas sujud milikmu
Tidak, aku tidak menyalahkan Tuhan atau mempertanyakan sesuatu pada-Nya
Aku hanya mengadu, mengapa luka begitu perih kudera
Saat aku dan kau baru membangun kasih bersama

Aku tahu, mungkin percayamu telah ku nodai dengan masa lalu ku
Hingga kau kehilangan rasanya
Kehilangan cintanya
dan harapnya pada hati ini, kasih..
Maafkan aku

Tapi tunggulah sejenak
Aku sedang berusaha mengobati lara mu
Yang ku tahu mungkin saja tak lagi terobati
Namun apa salahnya kau jujur?
Setidaknya, ceritakan padaku atas apa yang kau masih pertanyakan selama ini
Yang masih ingin kau mintai penjelasannya

Tak perlu, kan, membalas dendam?

Aku menanti kejujuranmu, sekian lama
Tanpa berani kutanyakan apa-apa
Hanya ingin kau jujur, sudah cukup

Aku rindu ceritamu pada dunia yang sesempat mungkin kau ceritakan padaku
Bukan ia yang sekarang kau selalu nanti jawab pesannya
Atau bersembunyi dari ku yang menaruh percaya padamu
Aku rindu rayu manjamu padaku yang kau selalu lantunkan pada petikan nada-nada minor gitarmu
Untukku
Bukan ia

Jika terlalu sering bersama membuatmu jengah, dan jarak yang terpisah membuatmu luka, aku harus apa?

Ketika aku merindumu begitu dalam, kau memilih bercerita dengannya
Bahkan kasihku tak kau sambut..

Apa tak ada lagi benang-benang kasih dan rindu yang dapat kita rajut bersama, sayang?
Apa tak ada lagi susu hangat di malam hari dan kopi panas di pagi hari yang dapat menyatukan kita, kasih?
Apa tak bisa lagi,
Cinta ini kita miliki bersama?

Aku merasa gagal, aku merasa usahaku gagal..
Bahkan aku baru tahu kalau kau tak rasakan apa-apa saat hari bahagiamu bersamaku........

Kau tetap memilih dia
Kau tetap pada dia
Sekalipun denganku



Siapa yang kau rasa pantas untuk mengisi harimu, kasih?
Jika aku tak lagi jadi labuhanmu
Berlayarlah yang jauh, berlayarlah..
Agar aku bereskan sendiri rasa luka ini







Bisakah kau mengembalikan gelas yang telah pecah?
Bisakah kau mengembalikan kertas yang telah robek?
Bisakah kau mengembalikan hati yang telah rapuh?









Terimakasih atas luka ini, sayang..


Jatinangor, 18/09/13



Selamat Malam, Pagi.

Hai, kali ini rasanya aku sungguh merindumu, pagi.
Merindumu berceloteh bersamaku dalam dua sendok makan susu hangat dan satu sendok makan gula pasir
Dan seduhan air panas setengah gelasmu
Aku merindumu menonton televisi bersama, membicarakan hal-hal tak penting hingga masalah negara ini (yang sudah jelas tak penting bagi hidup kita, iya kan?)

Seringkali bertengkar hanya karena masalah berbeda pendapat. Sering sekali.

Lalu dengan kesibukan satu sama lain kala bersama
Aku dan ponselku, kau dan komputer jinjingmu
Bersama dua gelas kopi yang mulai mendingin

Ah, lupakanlah. Aku hanya merindu kasihmu masih bersamaku




Selamat malam, Pagi.
Aku tahu cerita ku diatas hanyalah fiktif belaka
Karena nyatanya
Kita tak akan pernah bersua.

Aku hanya merindu fajar dan senja, dimana aku dan kau saling bersua
Walau hanya sekejap..

Selamat malam, Pagi..
Sudah waktunya kisahku terlelap
Sudah waktunya kau melanglangbuana
Menggapai mimpimu




...kutunggu kau (selalu), kala senja dan fajar siap mengantarkanku padamu




dari perindumu,

Malam.

Untukmu:

Untukmu:
Back to Top