Celoteh Si Penikmat Rindu

Carilah waktumu; untuk sesekali kita berjumpa.






Mungkin sudah terlalu sering bagimu menerima pesan bahwa aku merindu. Hingga kelamaan rindu yang kumaksud hilang makna,

Atau entahlah, mungkin memang kau butuh waktumu dengan duniamu - yang dahulu sering kau elukan, bahkan kau ajak aku mengenal lebih dalam akan itu.

Mungkin aksara dan waktu tak dapat bicara banyak, mungkin jemari yang selalu merajut kata rindu di tiap pesan yang selalu kukirimkan, tak lagi menjadi haru.

Atau mungkin (lagi-lagi) hanya aku yang salah; aku yang menjadi posesif - mengejarmu, menangkap, yang bahkan kau sendiri enggan kudekap lagi..

Bisa jadi, aku yang memang tak pernah mengerti, akan kesibukanmu, atau aku yang tak pernah menyadari bahwa sebenarnya perjumpaan itu bukanlah sebuah masalah; toh, kau sudah penuhi kewajibanmu memberi kabar bahwa kau sudah bangun, sudah makan, dan bersiap pergi (lagi)?

Apa aku terlalu banyak menuntut? Apa menurutmu hanya bertemu saja menyiakan waktumu? Atau mungkin aku harus menghantuimu kemanapun kau pergi? Apakah aku meminta semua uangmu untuk ku pakai bersenang-senang saat kita bertemu?

Mungkin aku iri, karena kau bisa habiskan segala waktumu untuk duniamu yang ceria, sedangkan jika bersamaku, yang akan kau dengar hanya keluh kesah dan (lagi-lagi) rengekan rinduku?


Tak ada yang tahu.


Aku tak peduli jikalau kau tak merindu jua; sepertiku.
Cukuplah aku yang begitu,


Berbahagialah kau; dan duniamu





Karena mungkin - pada nyatanya, rinduku memang tak lagi membahagiakan..





Jakarta, 23 Desember 2013

Untukmu:

Untukmu:
Back to Top