2014

00:20

Mentari masih terlelap

Rembulan harusnya siaga

Namun tak ada bias

Sembunyi ia malu

Dibalut tipis awan malam

Seperti kau yang harusnya ada

Namun enggan terlihat

Dan terus buatku mencari

Setidaknya; semburat senyum bahagia

Kala kita bersama




Yang takkan nampak lagi.

Atau belum?





Tasikmalaya, 22 November 2014

Sengaja: Telan Saja Pahitnya Perlahan-Lahan!

pagi ini kuseduh secangkir kopi hitam pekat dengan dua tetes airmata dan tambahan satu sendok gula


pagi ini, ada bayang saya yang terpantul di secangkir kopi hitam, semua jelas tergambar kecuali, tentu saja, senyum saya


bahkan, jejak cangkir kopimu masih membekas di sini: di atas meja di sudut kedai kopi tempat kita dulu pernah bertemu


mungkin caraku mencintaimu sama seperti campuran dua sendok makan kopi hitam dengan satu sedok teh gula pasir kegemaranku. 
secukupnya, asal pekat. 
asal bibirku dapat mengecupnya setiap pagi, meneguk segala pahit dan menyisakan sejumput manis dari sela-sela bibirku


pahit yang manisnya kusengaja.


ah, sudahlah..
toh, secangkir kopi hitam di hadapanmu saat ini dengan perasaan kehilanganmu di hati saya memiliki banyak kesamaan–





sama-sama tak perlu diucapkan, telan saja pahitnya perlahan-lahan.

Dramaturgi

Ku mainkan peran
Seakan kau masih disini

Ku mainkan peran
Seakan kau masih mencinta

Ku mainkan peran
Seakan kau ada untukku

Ku mainkan peran
Seakan kau merindukanku

Aku tertawa
Aku menangis
Aku tersenyum
Aku menggumam
Aku bahagia
Aku terlena


Kau tak ada.....


Ah, biar saja.
Peran ini masih ku gemari.
Biarkan saja aku tertawa,
Biarkan saja aku bahagia,
dalam asa ku yang masih mengharapmu..

Biarkan saja aku bermain lakon 'tuk diriku sendiri
Biarkan saja




Sampai aku sadar bahwa aku tak sedang bermain peran
Sampai aku sadar bahwa kau tak lagi disini






Sampai aku sadar, bahwa hati ini tak lagi kau singgahi..

Sabda Senja

Mungkin memang sudah saatnya,
Jujurmu menjadi airmataku

Mungkin memang sudah saatnya,
Jenuhmu membunuh cintamu
Mungkin memang sudah saatnya,
Kau tambatkan rindu pada hati yang baru
Hati yang jauh lebih kau cinta
Bukan hati yang mencintamu

***

Semoga saja, kasih
Ada hati yang mampu menyayangmu,
Lebih besar dariku
Sehingga bahagiamu ada bersamanya

Semoga saja, kasih
Ada rindu yang mampu selimutimu,
Lebih hangat dari cintaku
Sehingga lukamu terbalut hangatnya

Semoga saja, kasih
Ada sepasang mata yang lebih meneduhkan
Menatap lekat sepasang matamu yang tak pernah diam
Yang dapat mengikatmu hingga kau tak bisa lepas dari peluknya


Sayangnya, kasih
Aku tak lagi berdaya untukmu

Sayangnya, kasih
Aku tak lagi dapat merengkuhmu

Sayangnya, kasih
Jenuhmu membuang cintamu
Untukku..



Jika kita bertemu lagi, suatu hari nanti
Ingatlah akan cinta yang selalu ku curahkan padamu
Ingatlah aku akan kita yang dahulu menanam rindu, hingga buahnya dapat kita petik bersama
Ingatlah akan aku
Yang pernah menghangatkan malammu
Yang pernah beradu pendapat dan melepas haru bersama



Ingatlah aku,
Yang pernah mengisi relung hatimu
Meski haya sebentar..

Untitled

Selamat malam untuk kau yang terpisah beberapa langkah saat ini,

Kali ini suasananya sedikit berbeda, entah saya yang merasa lebih tenang dan nyaman, atau kita sama-sama nyaman, entahlah.. yang saya rasa ada kedewasaan yang terbangun, dimana kita menaruh rasa percaya diatas segalanya, dan belajar lebih memberi waktu satu sama lain -- atau mungkin saya yang baru menerapkannya? Ehehehe..

Entah kenapa, saya ingin menulis. Biasanya saya menulis sekadar untuk saya baca sendiri, berdasarkan cerita kawan yang juga kau kenal, atau menjadi jurnal pribadi, namun kali ini saya ingin menulis tentang kamu, yang selalu menyanyikan lagu-lagu The Beatles dan Queen sepanjang malam, seperti malam ini.

Saya menulis ini sembari mengingatmu; mengingat betapa lucu dan bodohnya awal pertemuan kita di tempat ini. Lalu perjalanan yang jauh, serta proses yang begitu sulit untuk bersama. Namun, saya dan kamu bahagia -- untuk bersatu menjadi sesuatu yang baru. Saya dan kamu yang sama-sama pemalu dan takut untuk bicara, akhirnya menulis pesan di ponsel satu sama lain, kisah-kisah lawas tentangmu dan kawan-kawan, klub sepak bola kesukaanmu, rokok filter, band favorit, sampai menonton film bersama kawan adalah sebagian hal lama yang baru saja saya dan kamu lewati bersama. Senang juga bisa kembali melihat senyum dan kepasrahanmu kala memakan masakanku yang terlampau asin, manis, atau hambar.

Saya menulis ini sambil membayangkan raut wajah menyebalkan yang selalu saya rindukan. Saya hanya ingin memastikan bahwa kamu tetap menjadi sesuatu yang baru dan meyakinkan saya bahwa saya tidak sedih telah meninggalkan sesuatu yang lama. Bersamamu, saya lebih menghargai diri dan tidak merasa menyesal telah meninggalkan sesuatu di belakang sana. Bersamamu, ada rasa percaya yang kita bangun bersama.

Walaupun saya tak tahu, berapa lama saya akan nyaman tanpa bicara. Hanya berani lewat untaian kata tanpa ucapan. Saya tak tahu, berapa lama saya akan selalu tersenyum melihat segala tindakan manja yang sering memintaku buatkan susu atau kopi. Saya tak tahu berapa lama saya dapat menemanimu mainkan lagu-lagu The Beatles atau memasak pasta kesukaanmu. Pun saya juga tak tahu berapa lama saya kan menjadi bagian dari rasa-mu. Setahun? Lima tahun? Selamanya? Atau bahkan hanya dalam hitungan hari? Entahlah.. namun saya merasa nyaman berada disini, di hatimu.

Lalu, bagaimana denganmu?

Saya hanya ingin berterimakasih padamu, karena selalu buat ku merasa hal yang baru dari waktu ke waktu.






Jatinangor, 19 Februari 2014


















P.S : Terimakasih kepada kak Riesna  yang sedikit banyak menjadi inspirasi dalam tulisannya; termasuk pada tulisan kali ini.

Ragu dan Yakin

... Terkadang jika memang betul-betul mencinta, kau tak perlu ragu akan keyakinanmu. Hiraukanlah rasa takut jika kau yakin memang disinilah hatimu siap berlabuh. Tak perlu kau (dengan penuh rasa tak percaya) mencari tahu kemana ia menghilang, atau kemana dia ‘kan pergi.

Jika memang betul-betul mencinta, kau pasti yakin ia ‘kan kembali, meski waktu tak dapat katakan suatu yang pasti.

Memang sebuah hal klise jika kau katakan kau percaya, kau yakin akan rasanya padamu. Kala kau yakin dengan rasa nya, kau pun harus yakin pada setiap langkah yang ia ambil, setiap detik yang ia torehkan untuk segala perjalanan rasa. Klise.

Namun kau pasti percaya akan ada pelangi seusai hujan reda?

Tak mungkin tak ada masalah. Tak mungkin tak ada ragu yang selewat menghantui, bahkan mungkin terbawa mimpi. Tak jarang juga rindu mu mengembun; menjadi bulir lalu meluruh bak air mata. Tak jarang juga kala kau terbangun dari mimpi, ia menyayat rindumu dengan perkataan, atau malah mengobati lukamu dengan kecupan hangat pengantar tidur.

Ada masa tatkala ia telah kembali – meski perlahan, kau tetap bahagia. Bersyukur atas apa Yang Kuasa ciptakan ‘tuk umatNya. Ada waktu tatkala ia menoleh padamu, sejuta pertanyaan kala ia pergi yang kelak ‘kan kau tanyakan ketika kau kan berjumpa, luruh sudah. Seakan sebuah pelukan hangat cukup tuk hilangkan ragumu akan dirinya. Seperti sebuah doa yang terkabul, diiringi kesabaran, jika ia layak ‘tuk kembali, ia kan berbalik.

Cukupkan dirimu ‘tuk terjerembab di masa lalu yang menyakitkan. Cukupkan dirimu ‘tuk cari tahu segala sesuatu tentangnya, sampai ke hal-hal yang sepertinya tak perlu kau tahu. Tuhan telah berikan jalan terbaik untuk umatNya, janganlah kau ragukan. Jangan kau terus mencari tahu hingga rasa sakit kau toreh sendiri, atas ketidakpercayaan dan ketidakjujuran akan sesuatu. Teruslah berpikiran positif, setidaknya hal ini baik untuk hatimu – yang masih tertoreh luka.

Tak ada lagi yang dapat yakinkan dirimu, selain dirimu sendiri. Kau pemilik dirimu seutuhnya. Maka jangan kau sayat-sayatkan tubuhmu dengan rasa tak percayamu. Jikalau kau menaruh tanya akan sesuatu, katakan. Akan lebih baik jika kau tahu sebuah nyata daripada dihantui fatamorgana.

Jika ia kembali, yakinkanlah pada Tuhan bahwa ia yang kan kau jadikan pendamping yang baik. Jika ia kembali, jadilah kau pribadi yang lebih menyenangkan daripada waktu kemarin. Yakinkanlah ia dengan rasa percayamu. Yakinkanlah ia dalam doamu pada Yang Kuasa. Ia tak dapat menjadi seperti apa yang kau mau, tapi ia didesain oleh Yang Kuasa untuk menjadi apa yang kau butuhkan. Tuhan Maha Adil, Tuhan tak pernah pemilih. Lelaki dan wanita takkan menjadi satu, namun pasti bisa berjalan beriringan. Berikanlah waktu, berikanlah ruang baginya untuk bersama sebangsanya. Setidaknya, kau harus bersyukur bahwa ia memilih kembali, ‘tuk lanjutkan kisah yang sempat terhenti.

Yakinlah, bahwa kau tak pernah berjalan sendirian.. kau dan dia didesain Tuhan untuk bersama di saat ini. Entah untuk selamanya, atau hanya beberapa waktu kedepan. Jelas, ia bukan milikmu. Namun tunjukkanlah keyakinanmu pada Tuhan akan rasamu.


Kau memang perlu tahu, tapi kau tak perlu ragu. Yakinlah, selama kau yakin Tuhan takkan salah beri jalan, selama kau yakin Tuhan selalu punya rahasia dibalik langkah, selama kau yakin pasti ada pelangi tatkala hujan reda..





Jatinangor, 14 Februari 2014

Untukmu:

Untukmu:
Back to Top