2016

Mendekatkan Yang Jauh; Menjauhkan Yang Dekat


Pertemanan itu memang seperti uang;
Mudah dicari, namun sulit dijaga.

Unik memang hidup ini,

Mereka yang biasanya dekat, lama-kelamaan menjauh
Mereka yang biasanya jauh, tahu-tahu mengirimkan surat undangan pernikahan; berharap ku datang dan memberi pengharapan bagi ikatan suci mereka

Mereka yang dahulu bermalam-malam menginap dan berbagi cerita, dari urusan pendidikan sampai urusan selangkangan, kami saling tahu
Saat ini sedang bahagia dengan dunia baru (atau dunia lamanya yang selama ini tak aku ketahui?)

Mereka yang hanya sekedar tegur sapa memanggil nama di sekolah, tetiba menghubungi untuk mencurahkan kisah dosen pembimbingnya yang tak kunjung memeriksa hasil karyanya,
Atau menceritakan kebahagiaan mereka yang juara satu dalam lomba lari puluhan kilometer mendaki gunung.

Mereka yang dulu tak terlihat, saat ini menjadi sahabat
Mereka yang dulu dibanggakan, saat ini hanya jadi kenangan

Entah mereka yang pergi,
Mereka yang enggan mengenaliku,
atau Aku yang menjaga jarak dari mereka?

Mungkin benar,
Sebaiknya persahabatan adalah yang tidak terlalu jauh, namun tidak terlalu dekat

Mencurahkan kisah tanpa perlu membeberkan segala rahasia yang tak perlu diketahui,
Berbagi suka duka tanpa perlu lama bersandar pada mereka

Sebaiknya ku atasi semua masalah ini sendiri,


Atau memang harusnya aku yang atasi semua ini?





Jatinangor, 06/04/16
dramaksara

Cangkir-Cangkir Terlewat

Dua cangkir sudah terlewat
Dan ia tak kunjung datang..

Dua cangkir kopi hitam tanpa gula yang ku campur dengan rasa ragu; akankah kamu hadir atau malah bersembunyi dari rasa ingin tahu ku

Tetap tak ada sosokmu

Dua cangkir kopi hitam yang ku seduh dengan air panas pun ternyata tak lebih panas dari otak dan mataku yang selalu menarimu di sudut-sudut ruang.

Terpikir, apakah kau muncul dari atas? Dari langit-langit ruang berukuran tiga kali tiga ini, atau kau dapat menembus tembok seketika dan mengejutkanku dengan segala jawab

Yang dapat menggerakkan jariku untuk menulis segala tentangmu?

Cangkir pertama kopi hitam ku teguk perlahan, sembari menunggu dengan santai kehadiranmu
Hingga cangkir kedua ku teguk dengan tergesa, berharap kau segera hadir dan mengejutkanku

Ah, ternyata menunggumu datang malah hanya menyiksa lambung dan pikiranku yang selalu mencari kabarmu

Mungkin memang sudah seharusnya kau tak datang siang ini.
Mungkin malam nanti?
Saat aku beranjak tidur
Membuatku beranjak dan harus membuka buku harianku
Agar kau tak pergi lagi
Agar ku dapat menjebakmu dalam khayalku
Dan takkan memberikan kesempatan untuk kau pergi lagi,

gerangan, inspirasi.





Jatinangor, Feb 22, 2016
dramaksara

Untukmu:

Untukmu:
Back to Top