April 2018

___


I mean how, how the world bring us here;

Are we just trapped in time, or you can stay here longer than i expected, or we just don't count the time, as long as we through this 'phase' together?


An unexpected journey with unexpected people from unexpected world.



It was with him, unintentionally. Where i'd learn to trust myself before i trust other. He gives me his arms around me and i take a deep breath. Patiently handle my anxiety. 

Suddenly i feel grounded to this moment with him. I dream about how much streets where we go through everyday, chicken skin that i share with, restaurants where we order expensive dishes and we’ll share the same fork, savana or just sit in a sofa and share my unimportant story about life or you tell me things-i-don't know about your favorite track when running. Unburdened future.


I don't have to be afraid, but sometimes i still think about losing.

___


Count me in your journey, even i don't know either you're blessing or maybe just a lesson-i learned tomorrow.


But for now, 
I'm no longer searching.


Save me.


Save


Me.

___


Here, i present you, my man with his lovable thing.


Captured by me: messy people whose met you after the rain stopped in last thursday.


___



Kekangan Jiwa

Tuk.. tuk.. tuk..
Tuk.. tuk..
Tuk..
..
.

___


Dalam kekangan jiwa aku berteriak
Kencang hingga tanpa suara
Lenyap sudah kekuatanku
Tak mampu angkat kepala;
Bersujud pilu, tak ingin terlihat


Dalam kekangan jiwa aku bungkam
Kosong tapi tak mati
Berkali bising datang, berkali pula hilang
Ingin segera berdiri
Ingin kaki berderap lari
Seperti Paskibra, langkah tegak maju jalan


Dalam kekangan jiwa aku mencari
Memaksa diri membuka mata
Tak ada yang sudi menetap
Hanya berdiam lama dan pergi mencuri semua


Siapa yang sudi dengan perempuan yang terlalu cinta pada dirinya sendiri, hingga tak mau menuruti kata mereka?


Siapa yang sudi dengan perempuan yang selalu ingin semestanya bahagia, hingga tak pernah sadar bahwa ia tak pernah sungguh bahagia?


Dalam kekangan jiwa aku merangkak
Mengambil serpihan rasa yang sekiranya bisa aku berikan putih telur lalu aku rekatkan kembali pada hati yang tak mampu lagi merasa hati siapapun yang hadir
Memaksa diri menginjak beling padahal bukan pemain debus
Menggantung harap yang siap sedia diulur bagai layang


Dalam kekangan jiwa, aku mencari tenang
Entah dimana

Sedang merasa seperti Nobita yang banyak ingin tapi tak mau bergerak.

Ingin ini,
Ingin itu,
banyak sekali..

Sayang seribu sayang, saya tidak punya Doraemon yang cukup korak-korek kantong dan menemukan alat untuk menolong Nobita.

Saya sedang merasa seperti Nobita yang tak punya Doraemon. Apa jadinya, ya?

Kemana semangat saya yang dulu?

Tampar saya, siapapun.

Saya butuh maju.

Aku hanya ingin didengar,
Selayaknya aku ingin selalu mendengarkan

Tak peduli bohong atau fakta, tapi memberi telingaku untuk kau ceritakan segala isi duniamu hari ini sudah cukup membuatku berguna.

Bukankah itu yang disebut komplementer?

Kekhawatiran

Kamu pernah jatuh cinta namun penuh kekhawatiran?

Seperti ingin berenang tapi takut tak timbul lagi ke permukaan, padahal kamu bisa berenang

Aku takut terlalu dalam, seperti yang lalu, meminta tenggelam

Aku tersesat; dalam jiwa yang selalu mengajak tertawa
Aku tersesat; dalam raga yang berusaha hadirkan tenang

Aku hanyut. Terbawa arus yang cukup deras namun sesekali tenang walau belum mencapai hilir.

Tapi lagi-lagi tuan, aku takut.

Aku bisa merasa bahagia tapi aku takut semua hanya fana, hingga akhirnya terbakar, bersisa jelaga.

Aku khawatir, semua di masa depan adalah masa lalu yang berulang.

Aku terjebak,
Dalam kekhawatiran

Namun aku memang sudah terjebak

Atau aku sebenarnya hanya takut kehilangan yang berulang?

Yang Ku Lakukan Delapan Menit Sebelum Mendarat

Aku tidak lagi percaya kepada manusia
Siapapun itu

Mulut mereka hanya berisi dusta
Tak lagi yakin untuk satu

Bahkan saat kamu datang, aku tak yakin bahwa kamu akan sama seperti mereka
Atau kamu memang tidak sama dengan mereka
Aku tidak tahu

Jadi, maukah kau tunjukkan segala
Segala apa yang aku tak lagi percaya dari manusia
Segala apa yang tak lagi aku yakini dari mereka
Dan segala yang buktikan kau bukan bagian dari mereka

Sebelum aku ceritakan semua mimpiku tentang kita, yang selalu ku tulis setiap hujan reda, saat pertemuan kita kamis petang lalu

Selamat datang, Petrikor yang selalu datang saat pelangi mulai terlihat semburatnya
Sepertinya kau akan jadi bagian dari drama aksara
Dan semoga, kau bukan bagian dari drama yang ada
Jika kau bisa tunjukkan bahwa semua memang nyata adanya

Dan tak berharap mati dalam tulisan,
Seperti yang pernah ada

Delapan menit sebelum mendarat,
Bahkan pesawatku sudah melesat
Ingin kembali menggapai lengan dan memeluk erat

Jangan pergi, sebelum terlihat
Jika semua memang sudah tersurat

05/04/18
-G-

Belahan Bumi yang Mana?

Di belahan bumi mana lagi
Kita harus berpapasan

Di bagian pulau mana lagi
Kaki kita bertemu dalam pijakan

Di bagian hari mana lagi
Hembus angin memanggilmu, sedu-sedan

Tapi kita tak kunjung jumpa

Dan di bagian detik mana lagi
Aku masih tak bisa menyatakan

Bahwa aku menemukan
Kamu
Yang ingin maju ke depan
Dan rela maju lebih dulu untuk sekadar mundur memberi minum
Menarik tangan dan berlari kedepan
Saat raga ini masih ragu bahkan untuk berjalan

Semesta, aku sedang lelah melaju
Bolehkah ia kupasrahkan padamu?
Kali ini aku tak lagi melawanmu
Silahkan, jalankan rencanamu

Karena takkan ku biarkan lagi siapapun akan hadir hanya untuk buat semua porak poranda



05/04/18
Pada 23.000 kaki
-G-

Betapa saya tidak suka olahraga lari

Saya tidak pernah suka olahraga lari setelah ayah dan kakek saya meninggal dunia.

Pun juga, seseorang meninggalkan saya karena lari. Lebih nyaman berlari berdua dengan yang baru dibanding saya yang hanya suka jogging, ujarnya.

Yang setia akan selalu kalah dengan yang selalu ada memang benar adanya.

Tapi semesta berkata lain,

Sepertinya kali ini saya harus memulai lagi berlari. Sudah terlalu lama aku hanya jalan di tempat, bahkan sekadar mengamati orang-orang yang berlari.

Mereka -- dan kamu, sudah berlari ribuan kilometer

dan saya masih terdiam saja disini,

Saya harus maju,
Harus.

Untukmu:

Untukmu:
Back to Top