Fragmen

Mari berbagi cerita padaku, tentang warna fajar dari ujung barat muka rumahmu, tentang kabar halaman belakang yang pasirnya berbisik rindu, dan cerita tentang gunung dan laut yang sedari dulu lekat hangat memelukmu.

Atau aku coba nyanyikan padamu, segala aksara yang ku rapal pada malam-malam penuh luka, tentang merpati yang terpatah sayapnya, tentang gulita dan bintang berpendar, atau serupa detik ini, dimana aku merangkul kesal dan rindu yang menyatu dalam tangis.

Musim lalu kita menari di hamparan savana. Dandelion berterbangan mengucap selamat karena langkah kaki berhasil membawa kita pada zona yang entah tak pernah kita ketahui rimbanya, namun berharap suatu yang padu.

Kau tahu, apa yang kusematkan pada sang fajar di muka rumahmu, pasir pantai, malam gulita dan yang kubisikkan pada segala tempat pertemuan dan perpisahan kita? Pada bandara, stasiun, terminal, bahkan pada ribuan pijakan kaki kita pada titik yang tak pernah berpindah?

Aku merindukanmu, sejak elegi memunculkan kepingan fragmen masa depan untuk disusun sembari menunggu konstanta yang tercipta dari segala pertemuan dan rasa yang ada. 

Satu, lima, sepuluh hingga seratus tahun lagi, akan tetap ku alunkan rasa yang sama, pada sebuah makna dalam perjalanan.

Untukmu, pendengar setiaku.. 
Lekas ceritakan padaku, tentang senja yang kau tangkap lewat kameramu, atau kotak-kotak besi berwarna yang bertugas mulia menjemput mereka, karena aku tak mampu mengingat selain rasa tenang dan senyum bahagia di wajahmu saat kutemani dirimu mengejar segala mimpimu.

09/05/18
-G-

Untukmu:

Untukmu:
Back to Top