Mungkinkah kau sebenar-benarnya pelintas waktu; terbang dari masa depan, melewati ribuan andromeda untuk bisa melambai dan mengulurkan tangan dalam kerumunan petang itu, menentang gravitasi dan segala gerak materi.
Mungkin kau memang bukan mahluk bimasakti, entah kau berasal dari Kripton atau Namec --atau dari planet Megathobia. Jujur saja pada ku, kau sebenarnya datang dengan mesin waktu, tersesat di bumi dan ditemukan di bukit belakang sekolah oleh Nobita, kan?
Tapi, jika kau memang benar adanya datang dari masa depan, sepertinya tidak mungkin. Selain menentang termodinamika kedua, memutarbalikkan waktu berarti juga memutarbalikkan momentum pergerakan seluruh partikel di alam semesta. Sulit sekali rasanya perjalanan kau merubah pergerakan alam semesta untuk menemui saya.
Tutup cerita tentang perjalanan ke masa lalu. Mari kita coba gunakan kiblat Hawking yang tak percaya mesin waktu bisa dibuat. Kau muncul dari alam semesta lain. Hal termudah dari memahami itu semua ialah lewat kebetulan. Kita buat probabilitas atas apa yang terjadi di sore itu, mengalikan segala kebetulan atas tindakan yang akhirnya kau bulatkan. Atau malah sebenarnya, kita hanya berjalan dalam Deja Vu?
Astaga! Bagaimana kalau kita sudahi percakapan atas dunia kuantum yang tak kunjung selesai dibahas ini? Newton sudah katakan berulang kali bahwa tidak ada yang pasti di dunia ini, karena semua hanya kebetulan. Anggap saja, pertemuan kita ialah sebuah kebetulan. Skenario yang tak akan pernah terencana.
Lelah menerka, siapa kau sebenarnya. Menjelajah ruang, terjerembab dan bertemu dengan saya sepertinya bukanlah hal indah yang kau harapkan. Atau memang kau tak ingin lagi melesat cepat; memilih melambatkan waktu agar bisa menyamai dunia pararel yang saya miliki. Tapi, untuk apa?
Jika seseorang bisa melakukan perjalanan dengan kecepatan cahaya, mereka akan menjadi abadi.
Atau sebaiknya saya saja yang mengatur waktu agar bisa menyamai kecepatanmu?
Hmm, kalau begitu, mari ajarkan saya untuk melesat dengan kecepatan cahayamu! Menjelajah waktu di masa depan, tanpa perlu khawatir dunia pararel siapa yang sedang disinggahi. Satu frekuensi yang padu, kata mereka.
Entahlah, kebetulan apa lagi yang akan tercipta pada tiap-tiap detik yang akan kita lalui?
Jika menjelajah masa lalu bertentangan dengan hukum fisika, bagaimana dengan perjalanan ke masa depan? Masihkah berkutat dengan segala kebetulan?
Tunjukilah kami jalan yang lurus,(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai
dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.(QS 1:6-7)
dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.(QS 1:6-7)
28/5/18
-G-
Post a Comment