Sudahkah saya selesai?

Beberapa waktu ini, saya dibayangi dengan kalimat "selesai dengan diri sendiri". Debat cagub Jabar ada yang menyinggung tentang selesai dengan diri sendiri, saya lupa paslon yang mana. Pun seulas cuitan tentang Presiden kita yang sudah selesai dengan dirinya sendiri memunculkan lebih banyak tanya dalam pikiran saya. Saya tidak mengerti apa maksud dari selesai atas diri kita, apa sih yang diselesaikan? Pekerjaan? Hobi yang minim manfaat? Passion? Atau apa ya, bingung.

Ya, saya dilanda kebingungan dengan kata-kata selesai.

Sempat bertanya kepada orang terdekat, beliau mengatakan bahwa selesai dengan diri sendiri berarti tidak lagi memikirkan diri sendiri, selfless lah. Tapi saya lagi-lagi tidak mendapat poinnya, apa yang selesai? Apa yang diselesaikan?

Jika yang dianggap selesai adalah passion kita, lalu bagaimana dengan cita-cita yang masih ingin dicapai? Lalu bagaimana dengan segala pengalaman berbagi ke penjuru negeri jika kita merasa sudah selesai tapi itu semua belum terwujud dengan maksimal?

Teman saya, saat saya tanyakan apa itu selesai dengan diri sendiri, dia hanya mejawab "Selesai ya selesai aja udah. Kuliah, nilai bagus, kerja sesuai passion, gaji sesuai ekspektasi, karya selalu diapresiasi kantor, lalu mau apa lagi hidup ini? Kawinlah sudah".  Lah saya bingung :))))

Saya tetap nggak mengerti, apa maksudnya. Lalu kalau sudah kerja sesuai passion, apakah dia tidak ada mimpi lainnya yang harus dikejar? Apakah dia nggak mau punya pencapaian atas apa yang dia lakukan selama ini, contohnya saya yang masih merasa ingin mengabdi untuk tuhan, bangsa dan almamater negeri ini dengan mengajar, mengajar dan mengajar. Bertemu dengan berbagai macam anak-anak di pelosok negeri, menjadi relawan sana-sini sebagai bentuk pengabdian diri. Saya masih ingin diapresiasi dan mendapatkan pekerjaan yang sekiranya cocok dengan saya. Masih ingin ikut kelas Barista supaya bisa serve kopi yang enak untuk diri sendiri dan sekitar saya.

Saya juga masih ingin menginjakkan kaki kesana-kemari; naik-turun gunung yang tak peduli bersama teman atau sendiri, sekadar untuk apresiasi diri. Saya senang berada di puncak gunung bukan untuk ketenaran di media sosial, melainkan untuk kontemplasi sudah sejauh mana kaki ini melangkah.

Setiap langkah yang saya pijak beberapa waktu belakangan ini menjadi penuh dengan kalimat selesai dengan diri sendiri. Apa yang diselesaikan? Apakah analoginya sama dengan seorang anak yang tuntas mengerjakan PR dari gurunya lalu ia mengerjakan PR lainnya? Kalau begitu, tidak ada selesai yang benar-benar selesai dong?

Lalu saya jadi bertanya dengan diri saya sendiri, kapan saya selesai untuk mengeluh? Kapan saya selesai untuk mengomentari seisi dunia, dimana orang-orang sudah selesai dengan PR-nya dan bersiap menerima PR baru?

Saya sempat dilanda krisis yang tak perlu saya ceritakan disini, intinya gugurlah sudah semangat menggebu saya untuk menjaring bisnis kembali. Bukan rasa tidak percaya diri yang datang, melainkan rasa entahlah-apa-namanya, membuat saya jadi malas memulai bisnis dalam bentuk apapun hingga detik ini. Tapi biar bagaimanapun, saya tetap membutuhkan pekerjaan sampingan diluar pekerjaan kantoran saya. Saya butuh pasangan untuk berkarya, tak mau lagi sendirian. Saya senang melihat saya yang aktif dan selalu tahu apa yang saya mau, tidak seperti saat ini dimana saya hanya mengeluh kenapa saya tidak lagi produktif berkarya. Saya senang menghadapi saya yang bisa bergadang untuk pekerjaan sampingan dan paginya harus bersikap seolah tidur cukup dan bertemu atasan di kantor.

Hingga saat ini, saya selalu bingung jika ditanya "lo mau ngapain?", ya ngapain ya? Tidak tahu. Saya hanya menunggu waktu memberi PR kepada saya. Padahal harusnya, saya yang mengejar 'tugas' tersebut. Saya yang harusnya bangun. Saya yang harusnya berkarya dan merintis lagi apa yang telah hilang: kepercayaan diri saya untuk berkarya.

Tidak jarang pertanyaan-pertanyaan membuat saya stress sendiri. Saya tidak tahu bagaimana menjawabnya, karena saya memang tidak tahu saya mau ngapain! Saya hilang kendali, bukan karena orang lain yang hilang, tapi saya yang melenyapkan kendali saya, hingga saya tidak tahu bagaimana caranya mengemudi atas diri saya sendiri. Dan saya memilih untuk memendam itu semua sendiri, saya tidak mau kebimbangan saya malah akan menyulitkan siapapun yang berada di sekeliling saya. Kasihan mereka, memikirkan diri mereka sendiri saja sudah pusing, bagaimana jika harus memikirkan saya yang jelas-jelas tidak penting juga untuk dipikirkan hahahah.


Selesai juga berarti sudah settled dengan segala hal personal, termasuk manajemen stress dan pengendalian diri. Hidup akan kebanyakan warna dan naik-turun jika kita terkadang masih berlaku tidak dewasa (baper), moody, dan I-Need-My-Me-Time.
 Apa yang saya cari? Apa yang saya mau? Apa yang saya inginkan? Bagaimana saya harus menyelesaikan diri saya jika saya belum merasa berguna untuk siapapun hingga saat ini? Bagaimana jika ternyata saya terlalu mencintai diri saya sendiri dalam hal bermalasan tanpa ada harapan untuk maju? Bagaimana jika sekeliling saya tak ada yang bisa membantu saya menemukan jawaban selesai atas kekacauan yang sudah terjadi?

Atau sebenarnya saya sudah merasakan tapi saya tidak pernah bersyukur? Atas apresiasi yang sudah saya dapatkan, atas pekerjaan yang santai-sesuai passion dan cukup, nilai yang baik untuk orangtua, sudah cukup Tuhan memberi waktu saya untuk berbagi dengan sesama dan waktunya saya berbagi dengan diri saya sendiri? Saya ingin berbagi, berbagi lebih banyak, membagi separuh dunia saya tapi entah untuk siapa, kapan, dan seperti apa pembagiannya. Saya ingin bermanfaat untuk orang lain, tapi saya masih tidak merasa cukup baik dalam hidup. Saya bingung, dan saya lelah untuk marah-marah tidak jelas pada semua orang karena saya tak kunjung menemukan makna selesai itu.

Saya masih merasa, saya belum bisa bermanfaat untuk sekitar saya. Masih merasa belum ada prestasi ynag dapat dibanggakan. Bukan takabur atau kufur nikmat, tapi begitulah adanya. Saya masih merasa, saya belum apa-apa.

Pada akhirnya, saya selalu bertanya dengan diri saya sendiri,
Kapan saya selesai, dengan segala tanya apa itu selesai dengan diri sendiri?

Untukmu:

Untukmu:
Back to Top