Ini mungkin bukanlah sajak terbaik yang ku rajut, tapi inilah apa adanya: Sebuah sajak yang tak indah
Gema kembang api melejit ke angkasa
Bersama gemercik hujan yang turun
di awal tahun yang baru
Aku tak ingin merangkai yang indah-indah
Karena semua mungkin saja hanya kata
Bukan tindakan yang sugguh nyata manusia mampu lakukan
Sudahlah, tak perlu bermanis manja!
Semua kemesraan tak lagi ada guna
Bukankah sebaiknya tindakan yang kelak menjadi nyata?
Waktu berlalu begitu cepat
Hampir setahun waktu berjumpa
Menapaki alur yang begitu saja
Kalimat aksara penuh kata merindu sebuah raga
Tak lagi ada
Sembuyi ia ragu memunculkan nama
Betapa anehnya sajak ini
Tak punya rima bagai kepala yang tak ada isinya
Bagai elit politik pendukung satu dan dua
Bagai mereka yang kosong tapi nyaring
Susah-susah kuliah di luar negeri
Hanya buat telinga khalayak berdengung
Yang pada akhirnya
Aku menyerah
Pada bahumu yang sesekali ku gigit manja
Tempatku nantinya berkeluh kesah
Dibawah pelita bulan purnama bukan Basuki Tjahaja
Atau jika kau ingin sajak ini lebih indah
Akan ku percantik degan cerita anak-anak bulu
Yang setiap hari harus berebut mencari peluk
Lewat bahumu yang tak pernah sendu
Dan pada setiap peluh,
Lagi-lagi aku terjatuh
Merangkai sajak yang tak pernah indah
Untuk kita; pada setiap langkah
-
01/01/19
-G-